Minggu, 22 Agustus 2010

MENGENAL MANFAAT CACING TANAH BAGI MANUSIA

 photo iklan posting BPBAG 517 x100_zpseeqcylwf.jpg

Salam pertanian. Cacing tanah. Banyak diantara kita selaku pecinta pertanian sudah melupakan akan manfaat binatang yang menjijikkan yang satu ini. Padahal sejak dari jaman nenek moyang kita kita telah banyak dibantu oleh cacing tanah. Coba bayangkan betapa besar peran cacing tanah dalam meningkatkan kesuburan tanah kita? Betapa besar manfaat cacing tanah terhadap kelestarian alam kita?

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata) dan termasuk kelas Oligochaeta. Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi kita, terutama bagi masyarakat di perdesaan. Di balik bentuknya yang menjijikkan, ternyata hewan ini mempunyai potensi sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

Anda mungkin tidak tahu, bahwa ternyata banyak yang membutuhkan cacing ini. Bahkan, di pasar luar negeri kebutuhan cacing tanah cukup besar. Korea Selatan misalnya, membutuhkan cacing tanah sekitar 35.000 ton per bulan untuk dijadikan pakan ayam.

Untuk keperluan pasar ekspor ini, cacing tanah bukan hanya dijadikan sebagai pakan ternak tetapi juga sebagai bahan baku lain. Di Cina, cacing jenis ini digunakan sebagai obat tradisional. Di Prancis dan Italia, cacing ini dijadikan bahan kosmetika untuk menghaluskan dan melembutkan kulit.

Sementara di Jepang dan beberapa negara Eropa, dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri, cacing tanah sudah mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.

Dengan aspek ekonomisnya yang cukup menjanjikan, bahkan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, tak salah jika saat ini banyak masyarakat yang membudidayakannya.

Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.
Berbagai Manfaat Melihat berbagai manfaat inilah, maka cacing tanah jika dikelola secara baik dan benar bisa menjadi usaha yang lumayan menguntungkan. Jika Anda mampu mengolah proses produksi sejak hulu hingga hilir, tentu keuntungan bisa makin berlipat.

Yang pertama kali harus dilakukan dalam membudidayakan hewan ini adalah persiapan sarana dan peralatan. Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.

Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Di dalamnya, dibuat rak-rak bertingkat sebagai wadah-wadah pemeliharaan.

Bahan untuk media pembuatan sarang adalah, kotoran hewan, dedaunan/buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran, kardus, kayu lapu, bubur kayu.

Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air, kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.

Kemudian yang tak kalah penting adalah proses pembibitan. Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.

Sebaiknya, dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan pengembangbiakan dalam jumlah yang besar. Namun, bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yang diperoleh dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan.
Bibit Cacing Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada, tidaklah sekaligus dimasukkan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit.

Beberapa bibit cacing tanah diletakkan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media.

Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah, berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya, bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media.

Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.

Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.

Diperkirakan, 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
Pakan Untuk pemeliharaannya, yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan. Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 kg.

Secara umum, pakan cacing tanah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan, adalah pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender. Bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.

Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh cacing. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.

Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah.

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing).

Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya.

Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikkan sarang. Di balik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang di balik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.

Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas.

Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan siap di panen. Mudah bukan? Anda tertarik untuk membudidayakannya?

Menjijikkan tapi Berkhasiat

Sebagian orang merasa jijik melihat cacing. Ya, hewan ini memang kadang terlihat menjijikkan, dengan bentuknya yang kecil, memanjang, tubuh yang lembab, memang sangatlah tidak nyaman ketika kita bersinggungan dengan hewan invertebrata ini. Namun, siapa sangka jika hewan mungil ini memiliki beragam khasiat.

Suatu ketika, jika Anda pergi ke toko obat Cina untuk mencari obat demam atau tifus, Anda akan disarankan menggunakan cacing tanah kering atau direbus dan diminum airnya. Kalau tidak suka dengan baunya yang cukup menyengat, bisa memakan dalam bentuk kering yang sudah dimasukkan ke dalam kapsul.

Biasanya, pasien diberi ramuan berupa 10 gram estrak cacing tanah, direbus dengan 5 gelas air hingga tersisa 2 gelas, yang harus diminum tiga kali selama dua hari.

Biasanya, cacing tanah kering yang diberikan itu adalah jenis Pheretima aspergillum.
Nah, unik bukan? Memang cacing tanah dikenal menyimpan banyak khasiat. Kenyataannya, banyak orang yang mengonsumsinya untuk menyembuhkan beberapa penyakit, tanpa efek samping.
Sembuhkan Typus Menurut para ahli cacing, Lumbricus Rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi sekitar 76%. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau ikan (50%).

Beberapa penelitian telah membuktikan adanya daya antibakteri dari protein hasil ekstrasi cacing tanah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonella thyp.
Dari berbagai sumber para ahli dan pakar cacing mengatakan, bahwa banyak sekali manfaat dan khasiat dari cacing tanah ini.

Di antaranya dapat untuk menyembuhkan typus, menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan nafsu makan dan juga mengobati infeksi saluran pencernaan seperti disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag.

Di Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Hongaria, dan Filipina, cacing dipakai sebagai bahan campuran biskuit dan minuman penyegar. Hewan ini juga digunakan sebagai obat seperti antipyrn, antipyretic, dan antidote.

Sejumlah zat yang bermanfaat bagi manusia memang terkandung di dalamnya. Ditambahkan, cacing tanah juga mengandung 15 jenis asam amino esensial dengan kadar yang sangat tinggi. Zat ini biasa digunakan untuk menyempitkan atau melebarkan pembuluh darah.

Penelitian lainnya mengatakan, pharetima mengandung mineral dan sejumlah asam anorganik. Selain itu, binatang ini juga mengandung lumbrofebrin, lumbritin, terre strolumbrolysin, xanthine, adenine dan hypoxabthine.
1.800 Spesies Dari penelitian laboratorik pun menunjukkan pheretima mempunyai khasiat terhadap sistem saraf (menenangkan, menghilangkan kejang, menurunkan panas, menghentikan nyeri), terhadap sistem kardiovaskular (menurunkan tekanan darah, menormalkan denyut jantung yang tidak teratur), terhadap sistem imunologi (meningkatkan daya imun), melebarkan saluran pernapasan (sebagai bronchodilatator), terhadap sirkulasi darah (mencegah pembentukan trombus, mencegah pembekuan darah, menghancurkan trombus), anti tumor (ekstrak pheretima 912), merangsang otot polos uterus, membunuh sperma binatang percobaan.

Cacing tanah di dunia telah terindentifikasi sebanyak 1.800 spesies. Dari jumlah tersebut, ada dua spesies, yaitu Lumbricus rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau introduksi) dan Pheretima aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung atau dilong) yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional.

Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya, lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik.

Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.

Di bidang peternakan, berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.

Selain itu gambaran sederhana untuk melihat nilai ekonomi cacing tanah dan manfaatnya kita bisa dicermati dari maraknya hobi memancing di sungai, rawa, waduk, atau kolam pemancingan.

Artinya, kita bisa menjual langsung cacing tanah di sekitar lokasi mancing. Jika mau lebih serius, peternakan cacing tanah bisa dijadikan usaha tetap atau sambilan untuk berbagai keperluan pasar.

-suara merdeka-

Terimakasih telah berkunjung ke GERBANG PERTANIAN, jika ingin melengkapi artikel ini silahkan tulis di kolom komentar. Jika anda menyukai artikel ini bagikan ke rekan-rekan anda dengan mengklik tombol suka dibawah ini..

0 komentar:

Posting Komentar