Salam Tani !! Seperti janji saya yang kemarin kali ini Gerbang Pertanian akan melanjutkan tulisan dari Panut Djojosumarto yang kemarin (Fungisida dan Bakterisida Mikrobiologi). Saat ini maspary akan memosting bab ketiga yaitu tentang fungisida nabati. Fungisida artinya racun yang bisa mengendalikan jamur sedangkan nabati artinya tanaman, jadi kalau boleh kita artikan secara keseluruhan fungisida nabati berarti zat yang terkandung dalam suatu tanaman yang bisa mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Sebenarnya Indonesia sangat kaya sekali berbagai jenis tanaman yang bisa digunakan untuk kepentingan hidup kita, salah satunya adalah sebagai fungisida nabati. Cuma untuk fungsi yang satu ini belum benar-benar digali oleh para peneliti tidak seperti penggunaan tanaman herbal yang sudah luar biasa banyak. Tantangan buat peneliti agar bisa dimanfaatkan oleh petani Indonesia.
FUNGISIDA NABATI
Ekstrak makleaya
Fungisida nabati ini diekstraksi dari tanaman pink plume poppy (Macleaya cordata), dan digunakan untuk mengendalikan penyakit pada daun seperti embun tepung, bercak daun Alternaria dan penyakit karena Septoria, terutama pada tanaman hias.
Cara kerjanya belum diketahui sepenuhnya, namun diduga ekstrak makleaya akan merangsang tanaman yang diperlakukan untuk memproduksi lebih banyak senyawa fenol. Selanjutnya senyawa fenol ini bertindak sebagai fitoeleksin yang mampu mencegah fungi penyebab penyakit.
Milsana
Milsana merupakan fungisida dan bakterisida yang diambil dari rumput giant knotweed (Reynoutria sachalinensis). Mula-mula dikembangkan oleh BASF, sekarang sedang dikembangkan oleh KHH BioSci.
Milsana digunakan untuk mengendalikan berbagai jamur penyebab penyakit tanaman, termasuk Botrytis dan embun tepung, dan juga efektif untuk mengendalikan bakteri Xanthomonas spp. , pada tanaman sayuran, tanaman hias, dsb. Seperti halnya ekstrak makleya, milsana diduga mempengaruhi produksi senyawa fenol (semacam fitoaleksin) pada tanaman yang diperlakukan.
Sinamaldehida (Cynnamaldedyhe)
Sinamaldehida diekstraksi dari tanaman ketepeng kebo (Cassia tora = Cassia obtusifolia), digunakan seagai fungisida nabati untuk mengendalikan Verticillium, Rhizoctonia, Phytium, Sclerotinia dan Fusarium. Juga digunakan untuk mengusir hewan, seperti kucing dan anjing.
Cara kerjanya dalam mengendalikan jamur belum diketahui. Cinamaldehida tidak dianjurkan digunakan bersama pestisida lainnya. LD50 (oral, tikus) 2,25 g/kg bb, dermal >1,2 g/kg. Kelas toksisitas formulasi (EPA) kelas III.
Seperti yang saya tulis diatas sebenarnya Indonesia memiliki banyak potensi tanaman untuk dikembangkan menjadi fungisida nabati, cuma kendalanya kita belum tahu saja. Kalau kita baca yang ditulis Panut Djojosumarto diatas dari ketiga tanaman yang berpotensi sebagai fungisida nabati hanya ketepeng kebo lah yang mungkin bisa kita dapatkan dengan mudah. Tetapi maspary sendiri belum memperhatikan tanaman ketepeng kebo tersebut.
Kalau nggak salah gambar ketepeng kebo seperti ini :
Boleh dicoba tuh, para petani Indonesia. Siapa tahu bisa menggantikan dithane, antracol, daconil, previcur, score atau fungisida yang lain. Selain harganya murah juga tidak mempunyai residu yang membahayakan manusia.
Semoga sedikit tulisan tersebut bisa bermanfaat untuk kehidupan kita semua terutama untuk para Petani Indonesia sang Pahlawan pangan tanpa tanda jasa. Tapi tetap semangat ya…..
Untuk pertemuan selanjutnya kita masih akan membahas tentang fungisida dan bakterisida yang berasal dari alam yaitu tentang Antibiotika. Tunggu aja ya !!
Salam Tani !!!
Maspary
3 komentar:
mantabbbbbbbbb..
terimah kasih artikelnya menarik...
sip mas, makin nambah ilmu aja...
Posting Komentar