Salam Petanian ! Hama pada tanaman padi yang sampai saat ini sangat sulit dikendalikan adalah hama tikus. Dengan berbagai cara petani mencoba mengupayakan untuk menanggulanginya. Gropyokan, emposan, musuh alami, racun, jebakan bahkan sampai dengan cara pemberian aroma terapi yaitu dengan cara menyemprot dengan bahan-bahan berbau tajam seperti kapur barus, minyak wangi, daun sere dll. Bahkan belakangan ini petani sudah mulai putus asa sehingga menggunakan pagar kawat berpenghantar listrik tegangan tinggi. Itulah hebatnya tikus, mereka mampu membangkitkan inovasi dan kreatifitas para petani.
Hama tikus memang benar-benar sulit dikendalikan, sehingga banyak petani yang gagal panen. Petani menganggap hama ini mempunyai kecerdasan yang luar biasa dan mempunyai penciuman yang sangat tajam. Jika diberi makanan yang dicampur racun, ketika menyaksikan temannya mati dia akan mengerti dan nggak akan mau makan lagi. Jika dilakukan pembunuhan ataupun gropyokan dan bangkainya tetap ditinggal di petakan sawah, maka si tikus akan marah dan akan memporak porandakan padi disekitar petakan tersebut.
Karena berbagai hal tersebut diatas atau mungkin ada penyebab lain, hingga akhirnya petani banyak yang percaya kalau tikus itu mempunyai raja. Didaerah maspary, ada beberapa teman petani yang katanya pernah melihat raja tikus tersebut. Dia mengatakan kalau pada suatu malam dia pergi kesawah untuk menjaga sawahnya dari serangan hama tikus tersebut. Dia sangat terkejut ketika melihat ribuan hama tikus yang sedang digembalakan oleh rajanya. Rajanya berbentuk seperti manusia tinggi besar, berkulit hitam, berbulu dan mukanya seperti tikus. Oleh karena itulah kenapa tikus sangat sulit dikendalikan.
Akhirnya dengan mitos tersebut banyak petani yang mempunyai pandangan lain terhadap hama tersebut. Mereka beranggapan hama tikus perlu di hormati dan tidak boleh dibunuh. Bahkan sebagian petani ada yang memberi makan mereka secara rutin dengan menyisihkan beberapa bagian gabah hasil panen mereka dan ditaburkan sekeliling pematang sebulan sekali. Inilah pemikiran yang sangat bertentangan dengan sebagian besar petani yang ingin memberantas hama tikus, sehingga mereka bisa menjadi penghambat gerakan pengendalian tikus.
Konon ceritanya ada seorang teman petani yang bernama Pak Mingun. Pak mingun termasuk golongan yang kedua, beliau sangat percaya dan yakin bahwa hama tikus tidak boleh diburu. Karena tikus memiliki keluarga besar dan memiliki raja yang akan merusak tanama kita jika kita sampai membunuh tikus. Bahkan ketika suatu saat diadakan emposan massal, pak Mingun sangat melindungi tikus di petakan sawahnya dengan cara menutup liang tikus tersebut dengan tanah sehingga kami tidak menemukan sarang tikus satupun disekitar itu. Intinya Pak Mingun ini sangat luar biasa dalam membela hama tikus ini.
Sampai pada suatu saat, ketika Pak Mingun sedang berkunjung kesawahnya yang sedang menghijau beliau melihat anak tikus yang jatuh keluar sarang. Bak binatang kesayangannya, belia mengambil anak tikus tersebut dengan sangat hati-hati dan memasukkan kembali kedalam sarang tikus tersebut lalu menutupi sarang tersebut dengan daun supaya si anak tikus tidak kepanasan. Dia berharap dengan kasih sayang dan kebaikkannya tersebut akan mendapat imbalan dari si Raja tikus dan keluarganya dengan tidak merusak padi yang telah menghijau miliknya.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya ?
Beberapa hari setelah itu, dipagi yang cerah pak Mingun seperti biasa pergi kesawah untuk mengontrolnya. Alangkah terkejutnya dia melihat tanaman padi dipetakan sawahnya luluh lantah dan porak-poranda di rusak oleh hama tikus tersebut. Perasaan sedih, kecewa, marah, benci menggumpal menjadi satu berputar dalam dadanya. “Kenapa engkau sangat tega kepadaku ?” dalam hati dia bertanya kepada tikus. “Kalau begitu mulai detik ini sekarang kita berperang, dasar kurang ajar kau ini tikus, ternyata kabaikkanku selama ini tidak pernah kau hargai” pak Mingun mengumpat.
Sejak peristiwa itu Pak Mingun sudah tidak percaya lagi kalau tikus punya raja dan harus dihormati, disayangi ataupun dilindungi. Sekarang Pak Mingun menjadi penggerak paling depan dalam pengendalian hama tikus dikelompok taninya.
Begitulah sekelumit kisah nyata di daerah maspary tentang raja hama tikus. Apakah benar hama tikus mempunyai raja ? Silahkan simpulkan sendiri……. Sampai jumpa lagi di blog Gerbang Pertanian dalam postingan selanjutnya. Semoga kisah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Maspary
6 komentar:
Raja tikus itu memang benar ada maspary,bukan cuma tahayul.cuma dia gak makan tanaman padi ataupun menggembalakan tikus lainnya.
Sukurnya di daerah saya sekarang hama nomor 1 tanaman padi ini tidak menyerang.dulu banyak petani yg menggunakan plastik bening yang bentuknya seperti mulsa yg digunakan untuk memagar sawah.
Kalo itu raja tikus. Kalo Kaisar Tikus duduknya di Gedung DPR Senayan pak.
kita jadi orang kalau berpikir itu yg cermat dan dipahami kalimatnya dulu bang? namanya saja sudah hama tikus,kenapa kok nggak diberantas,tolong dipikirkan lagi.kalau yg bisa mengendalikan tikus itu cuma kuasa Allah SWT,bener nggak.
Yang jadi pertanyaan KENAPA TIKUS MERAJALELA? Siapa yang salah? Mari kita introspeksi diri khususnya para petani.
Adakah hak2 para tikus khususnya dan keseimbangan alam ini telah di rusak oleh manusia? Budaya,tata cara,adat istiadat banyak ditinggalkan. Kenapa Tuhan menciptakan hama? Supaya tau ini pelajarilah.
Semudah mudahnya memberi adalah bacakan Alfatekah sebagai hadiah untuk si penggembala tikus di setiap 4sudut sawah...InyaAllah dengan dasar kasih sayang Allah akan yang terbaik.
Kuasa (surat kuasa?) sudah diberikan kepada manusia untuk mengendalikan segala sesuatu di dunia ini sehingga manusia berhak menjadi pemimpin (raja?) atas mahluk lainnya. Bagi saya, segala tahyul hanyalah tipuan iblis agar manusia menghormati kuasa lain selain kuasa yang dari Allah. Hormatilah Allah dan jangan mencobai.
Klo untuk tanaman padi biar gak kena hama tikus mudah kq, rutin aja kita bacakan sholawat di sawah, udah terbukti lho!
Posting Komentar